Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Di Gang Itu

Tubuhnya sudah empat kali kejang-kejang di atas muntahannya sendiri. Matanya kadang terlihat putih di antara suara gigi yang gemeretak menahan gigil yang berasal dari dalam. “Air… “ katanya setengah bergumam. Tidak kepada siapa-siapa, karena di dalam gang dengan selokan berbau pesing ini hanya dia sendiri. Meregang nyawa. Dengan napas putus-putus dan pandangan buram dia mencoba duduk, menyandarkan tulang punggung yang terasa remuk pada tembok penuh coretan graffitti kebencian. “Air…” katanya lagi tanpa ditujukan kepada sapapun, tidak juga kepada Tuhan. Mustahil dia memohon pada sesuatu yang -dalam anggapannya- tidak pernah menciptakan dirinya. Tuhan jauh, akhirat minggat. Apakah ini akhir? Batinnya. Tangannya merogoh saku jaket lalu mengeluarkan bungkus rokok dan pemantik. Tinggal satu batang, teman terakir, tiket satu arah menuju ke sebuah wilayah baru yang tak pernah dia tahu, kematian. Asap mengepul, dadanya panas serasa mau meledak tapi terus dia paksa mengh