Yang paling mengherankan itu adalah cinta, rindu dan kita; sepasang orang asing yang ceroboh dan kemayu. Kita seperti sepasang imbisil milenium yang lahir dari tabung-tabung inkubator peradaban. Intelek, modis, humanis tapi tragis. Kita ceroboh, di era yang serba cepat ini masih sempat-sempatnya ditipu cinta, dikelabui rindu dan diperdaya perasaan-perasaan halus yang kita sendiri tidak bisa mendeskripsikannya lewat kata-kata. Aku alpa, kamu lupa, tapi kita menyukai perasaan ini. Perasaan terperdaya yang menyesatkan, yang membawa kita menuju ruang-ruang baru dalam semesta. Perasaan yang membuat kita terhenyak bahwa di dunia ini ada tawa dan air mata. Beberapa kali rindu sempat singgah, tapi kita jengah, malu mengaku bahwa kini kita satu. Tidak ada lagi aku atau kamu. Tak terbilang, mungkin miliaran detik kita coba selami perasaan ini, tapi tak pernah kita temui dasarnya. Kita kalah, tipu daya cinta ternyata jauh lebih hebat dari yang kita duga, dan sekarang kit