sumber: bangka.tribunnews.com “Yang sedang kupikirkan bukanlah aku mau membunuh atau tidak,”kataku sambil menarik pelatuk dan mengarahkan laras pistolku ke anak beranak yang sedang saling berpelukan itu, “Tapi siapa yang harus aku bunuh terlebih dulu.” Aku menyeringai puas, ketakutan yang terpancar dari wajah mereka semakin menjadi. Aku benar-benar menikmatinya. “Jangan bunuh kami.” Iba si ibu sambil melepaskan pelukan anaknya dan berlutut memohon kepadaku. “Sebutkan alasan yang bisa mengurungkan niatku.” Si anak semakin keras tangisnya. Si ibu menatapku lekat-lekat, tatapannya seperti ingin menerobos benteng terakhirku agar mau mengurungkan niat untuk membunuh mereka. Sudah terlalu terlambat. Uang muka sudah aku terima. Perlahan jari telunjukku mulai menarik picu. Jarak laras senapan hanya dua puluh sentimeter dari kening si ibu. Tidak mungkin meleset menembak dari jarak seperti ini. Aku semakin dalam menarik picu, beberapa milimeter lagi timah panas