sumber: alifrafikhan.blogspot.com Bukankah ini menyenangkan? Langit penuh jelaga, udara berbau mesiu dan tanah basah oleh darah. Serdadu mengaduh sendu, nafas di ujung leher, lupa akan doa-doa dan janji akhirat. Tuhan masih jauh. Tuhan masih jauh. Tuhan masih jauh. Aku dorong-dorong gerobak yang berisi jasadku, di ujung tanjakan sebelum jalan bercabang menuju Maginot dan akhirat, kuparkirkan gerobak di sisi jalan yang sedikit berbatu. Sambil bersandar di roda gerobak yang kini tidak bulat utuh lagi, kurogoh saku kiri baju. Basah, di bagian ini ternyata aku tertembak, pantas saja aku meregang nyawa sebegitu cepat. Foto keluarga; aku semasa hidup, istriku yang berambut warna tembaga tersenyum sambil memegang bahu si bungsu. Kabar mereka sekarang buram, seburam nasib bangsa ini. Si sulung yang berdiri di tengah, kudengar sudah mati di kamp konsentrasi. Tak ada yang perlu ditangisi. Ini perang. Hanya darah yang boleh tumpah, bukan air mata. Di belakang kami, padang rumpu